Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, kembali menunjukkan ketegasannya dalam membenahi tata kelola sepak bola nasional. Kali ini, sorotan tertuju pada proses drawing kompetisi Liga 4 Indonesia yang menuai polemik hebat sejak diumumkan awal pekan ini. Tak tinggal diam, Erick secara terbuka mendesak agar undian ulang segera dilakukan demi menjaga marwah kompetisi yang baru diperkenalkan tahun ini.
Ada Apa dengan Drawing Liga 4?
Liga 4 merupakan bagian dari struktur pembinaan baru dalam sistem liga Indonesia yang dirancang untuk memperluas partisipasi klub amatir dari berbagai daerah. Namun, alih-alih menjadi titik balik pengembangan sepak bola akar rumput, proses drawing grup Liga 4 justru menuai kritikan tajam.
Beberapa pihak menyebutkan adanya ketidakseimbangan kekuatan tim antarkelompok, indikasi keberpihakan, bahkan dugaan ketidakterbukaan dalam proses undian. Berbagai klub dan pengamat lokal menyuarakan kekecewaan, menyebut hasil drawing terasa “diatur” dan berpotensi menghambat jalannya kompetisi yang adil.
Erick Thohir Angkat Suara: “Ini Tidak Bisa Dibiarkan!”
Dalam konferensi pers mendadak yang digelar di kantor PSSI, GBK Arena, Erick terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa. Ia menyebut bahwa integritas adalah pondasi dari setiap kompetisi, bahkan untuk level terendah sekalipun.
“Kalau dari awal sudah ada keraguan soal kejujuran dan transparansi, bagaimana kita mau bangun fondasi sepak bola nasional yang kuat? Drawing harus diulang. Jangan main-main dengan kepercayaan publik,” tegas Erick.
Mantan Presiden Inter Milan itu juga menyatakan telah meminta tim internal PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pelaksanaan drawing Liga 4, termasuk melibatkan pihak independen jika diperlukan.
Sorotan ke Panitia dan Transparansi
Desakan untuk mengulang drawing tak hanya datang dari Erick Thohir. Sejumlah klub peserta dan pemerhati sepak bola nasional turut menyuarakan hal serupa. Mereka menilai, panitia pelaksana belum menjalankan prinsip transparansi secara maksimal. Salah satu kritik utama adalah tidak adanya siaran langsung atau dokumentasi publik saat proses pengundian dilakukan.
Pakar sepak bola nasional, Akmal Marhali, menyebut kejadian ini sebagai “cermin dari pekerjaan rumah besar dalam profesionalisasi sepak bola amatir.” Menurutnya, jika di level bawah saja masih ada keraguan soal transparansi, maka akan sulit berharap muncul bibit unggul yang benar-benar murni dari jalur kompetisi.
Langkah Perbaikan yang Ditunggu
Erick Thohir menegaskan bahwa ini bukan sekadar soal pembagian grup, tapi soal membangun kepercayaan publik terhadap sistem yang sedang dibangun. Ia menyatakan akan mengupayakan agar pengundian ulang dilakukan secara terbuka dan melibatkan perwakilan klub serta media, guna memastikan tidak ada ruang bagi spekulasi dan kecurigaan.
“Kita ingin sepak bola Indonesia naik kelas, dan itu dimulai dari Liga 4. Tidak boleh ada kompromi soal integritas,” tambahnya.
Apa yang Dipertaruhkan?
Bagi Erick, Liga 4 bukan hanya sekadar kompetisi baru, melainkan jembatan strategis untuk menyaring talenta muda dari desa hingga kota kecil yang sebelumnya tidak tersentuh radar pembinaan nasional. Jika kepercayaan publik terhadap kompetisi ini runtuh sejak awal, maka seluruh fondasi pembangunan sepak bola akar rumput akan goyah.
Apalagi, Liga 4 juga dirancang sebagai platform regenerasi klub dan pemain, menyambungkan ekosistem dari sekolah sepak bola, turnamen lokal, hingga jenjang profesional.