Jambi – Dalam beberapa tahun terakhir, lanskap olahraga di Provinsi Jambi mulai menunjukkan warna baru. Jika sebelumnya masyarakat lebih akrab dengan sepak bola, bulu tangkis, atau lari pagi di kawasan Taman Rimba, kini olahraga berkuda perlahan mencuri perhatian. Di tengah geliat modernisasi dan semangat hidup sehat, berkuda muncul sebagai pilihan baru yang diminati lintas usia dan kalangan.
Olahraga yang dulunya lekat dengan citra elit atau militer, kini telah bertransformasi menjadi gaya hidup alternatif bagi masyarakat urban Jambi. Tak hanya memberikan manfaat fisik, berkuda juga menghadirkan pengalaman mental dan emosional yang unik: kedekatan dengan hewan, pembentukan karakter, serta disiplin yang tinggi.
Bermula dari Komunitas Kecil, Kini Jadi Magnet Baru
Fenomena meningkatnya minat berkuda di Jambi tak bisa dilepaskan dari peran komunitas dan pelaku lokal. Salah satunya adalah Jambi Horse Club, sebuah komunitas berkuda yang berlokasi di pinggiran Kota Jambi. Didirikan oleh sekelompok pecinta kuda, komunitas ini awalnya hanya fokus pada pelatihan dasar dan perawatan kuda.
Namun, dalam dua tahun terakhir, keanggotaan mereka melonjak. Banyak keluarga muda yang mengikutsertakan anak-anak mereka untuk belajar berkuda. Tak sedikit pula remaja dan mahasiswa yang melihat olahraga ini sebagai sarana membangun kepercayaan diri dan ketangguhan mental.
“Kami kaget juga melihat antusiasme masyarakat Jambi. Dulu hanya ada satu-dua peserta per pekan, sekarang bisa penuh hingga akhir bulan,” kata Aulia Rahman, pendiri dan pelatih utama Jambi Horse Club.
Olahraga Berkuda: Lebih dari Sekadar Keseimbangan
Berkuda bukan hanya soal menunggang kuda. Dalam praktiknya, olahraga ini melatih seluruh tubuh, mulai dari otot kaki, punggung, hingga tangan. Selain itu, kemampuan membaca karakter kuda, menjaga keseimbangan, dan fokus pada ritme gerak kuda melatih konsentrasi dan ketenangan pikiran.
Menurut dr. Mutiara Savira, seorang dokter umum dan pemerhati olahraga kesehatan, berkuda sangat baik untuk perkembangan motorik anak dan juga kesehatan mental orang dewasa. “Saat seseorang berkuda, tubuhnya bekerja aktif tapi tetap harmonis. Ini bisa menurunkan stres, meningkatkan koordinasi, dan memperkuat otot inti,” jelasnya.
Dari Hobi ke Potensi Ekonomi dan Wisata Edukasi
Tak bisa dimungkiri, meningkatnya minat terhadap berkuda membuka peluang baru, terutama dalam sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. Beberapa tempat di luar Kota Jambi mulai mengembangkan wisata berkuda berbasis edukasi. Konsep ini memadukan peternakan kuda, pelatihan dasar berkuda, serta wahana keluarga yang ramah anak.
Contohnya adalah Kampoeng Ekuin Jambi di wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Selain menyediakan fasilitas berkuda, tempat ini juga mengenalkan anak-anak pada dunia perawatan kuda, pakan alami, hingga nilai-nilai kesabaran dalam membangun ikatan dengan hewan.
“Kami ingin anak-anak tidak sekadar bermain, tapi belajar nilai tanggung jawab dan kepedulian sejak dini,” ujar pengelola, Hendra Suyatno.
Peluang Kompetisi dan Regenerasi Atlet
Perkembangan berkuda di Jambi juga mencuri perhatian PORDASI (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia) Cabang Jambi. Mereka melihat potensi regenerasi atlet berkuda di daerah ini semakin terbuka, apalagi jika didukung oleh infrastruktur dan program pelatihan jangka panjang.
Ketua PORDASI Jambi, Sri Yulianti, mengatakan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar kejuaraan berkuda tingkat provinsi untuk menjaring bibit atlet muda. “Jambi punya modal besar. Lahan luas, minat meningkat, tinggal bagaimana kita arahkan ke jalur pembinaan prestasi,” ujarnya.
Berkuda untuk Semua: Menembus Batas Sosial dan Gender
Salah satu hal menarik dari tren berkuda di Jambi adalah keterbukaan olahraga ini terhadap siapa pun. Tidak ada batasan usia, gender, atau latar belakang sosial. Di lapangan latihan, anak-anak perempuan berjilbab bisa tampak antusias berdampingan dengan pelajar pria atau orang tua yang baru pertama kali mencoba.
Semua memiliki satu semangat: belajar mengendalikan kuda, dan pada saat yang sama, belajar mengendalikan diri.