Di tengah hiruk-pikuk dunia olahraga modern yang kian dikuasai sepak bola dan bulu tangkis, ada satu olahraga klasik yang diam-diam menjaga gengsinya di balik gerbang eksklusif: polo. Ya, olahraga berkuda yang dulu identik dengan bangsawan Eropa ini ternyata memiliki tempat tersendiri di Indonesia—tepatnya di pusat latihan polo satu-satunya yang berada di kawasan Sentul, Jawa Barat.
Warisan Aristokrat di Tanah Tropis
Memasuki kawasan Indonesia Polo Club, kesan pertama yang terasa adalah keheningan yang anggun. Padang rumput luas terhampar, kuda-kuda berdarah campuran Argentina dan Australia tampak gagah dalam kandang bersih, dan para pelatih yang bekerja tenang namun penuh dedikasi. Di sinilah polo bukan hanya soal pertandingan, tapi juga soal warisan, kedisiplinan, dan keterampilan.
Dibuka pada awal tahun 2000-an, pusat latihan ini bukan hanya menjadi tempat para atlet nasional berlatih, tetapi juga menjadi rumah bagi mereka yang ingin mengenal polo lebih dalam. Meski belum populer di tengah masyarakat luas, semangat untuk mempertahankan eksistensinya tetap menyala.
Menjaga Tradisi Lewat Pelatihan Ketat
Pelatihan polo bukan perkara mudah. Butuh sinergi antara penunggang dan kuda yang terbangun dari latihan rutin, komunikasi halus, dan rasa saling percaya. Setiap pagi, para pemain—baik profesional maupun pemula—akan menjalani sesi pelatihan bersama pelatih berpengalaman yang pernah menimba ilmu dari negara-negara kiblat polo seperti Argentina dan Inggris.
“Ini bukan soal kemewahan. Ini soal komitmen,” ujar salah satu pelatih yang enggan disebutkan namanya. Menurutnya, banyak orang mengira polo sekadar olahraga prestise, padahal kenyataannya, dibutuhkan stamina, ketelitian, serta jam terbang yang panjang.
Kuda, Mitra Sejati di Lapangan
Di balik setiap pemain polo, ada mitra tak tergantikan: kuda. Di pusat latihan ini, kuda-kuda dirawat dengan standar tinggi, mulai dari pola makan hingga psikologisnya. Tidak semua kuda cocok untuk bermain polo. Mereka harus tanggap, lincah, dan kuat, namun juga jinak dan mampu berkomunikasi dengan penunggangnya.
Satu kuda bisa menjalani sesi latihan selama dua hingga tiga kali sehari, diselingi dengan perawatan fisik serta waktu istirahat. “Kami memperlakukan mereka bukan sebagai alat, tapi sebagai rekan setara,” ujar manajer stable sembari membelai seekor kuda chestnut.
Meretas Batas Eksklusivitas
Meski dikenal sebagai olahraga kalangan atas, pusat latihan ini perlahan membuka diri kepada masyarakat yang ingin mencoba atau mengenal polo. Beberapa program pelatihan dasar, kunjungan edukatif untuk sekolah, hingga event charity game mulai digelar. Tujuannya sederhana—membuat polo lebih inklusif tanpa kehilangan esensi dan tradisinya.
Tantangannya tentu tidak sedikit. Selain biaya operasional yang tinggi, rendahnya minat publik menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Namun pihak klub tetap optimistis. Dengan konsistensi, olahraga ini diyakini bisa meraih hati generasi muda.
Lebih dari Sekadar Olahraga
Mengunjungi pusat latihan polo satu-satunya di Indonesia bukan hanya soal menyaksikan olahraga elit dari dekat. Ini adalah perjalanan budaya, sejarah, dan gaya hidup yang menjunjung tinggi keseimbangan antara manusia, hewan, dan alam.
Bagi mereka yang mencari pengalaman olahraga yang unik dan penuh karakter, tempat ini menjadi destinasi yang tak boleh dilewatkan. Karena di tengah gegap gempita stadion-stadion besar, masih ada olahraga yang bergerak dalam irama tenang namun penuh wibawa—polo.