Jakarta – Kabar mengejutkan datang dari Pelatnas Cipayung. Mulyo Handoyo, sosok pelatih senior yang pernah mengantarkan Taufik Hidayat meraih medali emas Olimpiade Athena 2004, resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih tunggal putra utama di Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Pengunduran diri Mulyo dikonfirmasi PBSI melalui pernyataan resmi yang dirilis pada Sabtu (5/4/2025). Dalam keterangan tersebut, PBSI menyebut keputusan ini diambil atas permintaan pribadi Mulyo dan dilakukan secara baik-baik.
Alasan Pribadi dan Fokus Keluarga
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rionny Mainaky, menjelaskan bahwa Mulyo memilih mundur karena ingin lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga setelah lebih dari dua dekade berkiprah sebagai pelatih nasional, baik di dalam maupun luar negeri.
“Coach Mulyo menyampaikan bahwa saat ini ia ingin rehat sejenak dari dunia pelatnas untuk fokus pada hal-hal pribadi. Kami menghormati keputusannya dan berterima kasih atas dedikasi serta kontribusinya selama ini,” ujar Rionny dalam jumpa pers.
Jejak Emas dan Kharisma Mulyo
Mulyo Handoyo dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang berperan besar dalam membentuk generasi emas tunggal putra Indonesia. Selain membina Taufik Hidayat sejak muda hingga puncak prestasi, Mulyo juga pernah menukangi tim nasional India dan membawa Kidambi Srikanth meraih gelar Superseries berturut-turut pada 2017.
Kembalinya Mulyo ke PBSI pada 2022 sempat disambut antusias publik bulu tangkis. Ia dipercaya menukangi sektor tunggal putra utama dengan harapan dapat memoles bakat-bakat seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Chico Aura Dwi Wardoyo menjadi kekuatan dominan di level dunia.
Prestasi dan Tantangan
Selama masa keduanya bersama PBSI, Mulyo berkontribusi dalam menjaga konsistensi sektor tunggal putra di berbagai turnamen BWF, termasuk membantu Anthony Ginting menembus final Kejuaraan Dunia 2023. Namun, belakangan performa sektor ini dinilai inkonsisten, terutama menjelang Olimpiade Paris 2024.
Meski begitu, para atlet dan pelatih di lingkungan pelatnas tetap menyatakan rasa hormat dan terima kasih atas dedikasi Mulyo. “Coach Mulyo selalu mengutamakan kedisiplinan dan fokus. Kami belajar banyak dari beliau, baik sebagai atlet maupun sebagai pribadi,” ungkap Jonatan Christie melalui unggahan di media sosial.
Kursi Kosong Jelang Turnamen Besar
Mundurnya Mulyo hanya beberapa bulan menjelang rangkaian turnamen penting seperti Thomas Cup dan Olimpiade menjadi tantangan tersendiri bagi PBSI. Hingga kini, belum ada nama pengganti yang diumumkan secara resmi.
PBSI memastikan bahwa proses regenerasi pelatih sudah disiapkan dan penunjukan sosok baru akan dilakukan dalam waktu dekat. “Kami sedang berdiskusi internal untuk menentukan pengganti yang tepat dan berkomitmen menjaga kesinambungan program latihan,” kata Rionny.
Penutup
Kepergian Mulyo Handoyo meninggalkan ruang besar sekaligus warisan penting di Pelatnas Cipayung. Meski mundur dari kursi pelatih, pengaruhnya terhadap pembinaan atlet nasional diyakini akan tetap terasa dalam jangka panjang. Bagi PBSI, tugas berat kini menanti: mencari pelatih dengan kapasitas, visi, dan dedikasi setara Mulyo untuk mengawal masa depan tunggal putra Indonesia.